window.location.href="http://rumahputih.net/" ..tera di sesela gegas-gesa <$BlogRSDURL$>
...tera di sesela gegas-gesa
Thursday, June 07, 2007

Otoritas yang Dikebiri

Di "Indonesian Idol" para juri hanyalah ornamen, pelengkap sebuah pesta.


"Juri boleh mengatakan apa saja, tapi keputusan tetap di tangan Anda. Jadi, jika Anda tidak setuju dengan penilaian juri, terus dukung favorit Anda. Karena Anda yang memilih, Andalah yang menentukan!" teriak Daniel Mananta.

Itu adalah kalimat standart yang selalu diucapkan pembawa acara "Indonesian Idol", mulai Irgi-Atta, dan kini Daniel Mananta. Sekilas, kalimat "wajib" ini hanya berupa seruan kepada penonton agar terus mengalirkan SMS dukungan kepada kontestan. Namun, Daniel justru mengelaborasi kalimat tersebut menjadi sentilan-sentilan kecil yang kemudian menghancurkan otoritas para juri.

Jumat malam (31/5), misalnya. Usai Wilson melantunkan "Kuta Bali", Anang berbeda pendapat dengan tiga juri lainnya. Daniel segera menyambar hal itu. "Wilson, aneh ya? Ada tiga juri yang mendukung kamu, dan satu yang tidak," ucapnya sambil tersenyum dan mengerdikkan bahu. Di meja juri, Anang bersuara, mencoba menjelaskan maksud penilaiannya, yang segera ditimpali Indra Lesmana. Keduanya berdebat. Daniel dan Wilson tertawa. "Untuk pertama kalinya, gue bisa ngadu domba juri," kata Daniel Mananta, sumringah.


Ornamen Pesta

Bukan hanya sesama juri, peserta dan juri pun acap dibenturkan Daniel. Dan pembenturan ini sudah jadi semacam kebiasaan. "Rasanya kamu tidak seperti yang dikatakan juri ya?" ucapnya pada Priska. Atau, "Kamu setuju dengan pendapat juri?" tanyanya pada Fandi. Kepada Wilson, Daniel pun bertanya dengan nada tak percaya, "Kamu benar merasa kurang maksimal malam ini?" Dan lihatlah, kontestan pun termakan dan berani menyanggah penilaian juri. "Rasanya tidak. Semoga juri salah," kata Wilson. Dan, kalimat pamungkas Daniel untuk mengantarkan peserta turun panggung adalah, "Jika Anda tidak ingin ... (nama peserta) keluar malam ini, dukung terus dengan mengirimkan SMS ke..."

Daniel dan peserta sadar sekali, bukan juri yang membuat mereka tetap terus berada di atas panggung melainkan SMS dari penonton. Namun, seharusnya Daniel mendukung penilaian juri agar SMS paling sedikit jatuh kepada kontestan yang memang tidak berkualitas. Dengan membenturkan dan menyanggah opini para juri, bahkan kadang meledek, Daniel menempatkan fungsi juri hanya sebagai ornamen di acara itu, dan opini mereka adalah suara-suara asing pemeriah suasana. Penonton diajak untuk tidak percaya apa pun penilaian juri pada seorang kontestan. Daniel membuat penonton berada dalam satu teritorial dukungan yang utuh, tetap, tak boleh berpindah. Jika misalnya engkau mendukung Risma atau Steve, maka Daniel berharap engkau harus mendukungnya terus, apa pun pencapaiannya di atas panggung. Seburuk apa pun kualitas suara dan penjiwaan mereka atas sebuah lagu. Daniel seakan mempresentasikan dirinya sebagai wakil RCTI, yang hanya berkepentingan dengan banyaknya SMS dan bukan kualitas. Karena itu, Daniel menggugah fanatisme penonton.

Perangkap fanatisme pada sosok dan bukan kualitas inilah yang acap membuat juri seperti putus asa. Ketika Marsya tersingkir misalnya, Indra tampak tak percaya. Anang apalagi. Juri memang menilai Marsya tidak istimewa, namun kecaman mereka justru membanjir untuk Steve. Jamie Aditya misalnya, tak habis pikir mengapa kontestan seburuk Steve masih bisa bertahan dan terus mendapat dukungan. Keputusasaan itu juga yang membuat Jamie "membuang otoritasnya" sebagai juri, ketika menilai Steve Jumat malam (31/5) lalu.

"Steve, dari awal kompetisi ini, juri selalu kritik penampilan kamu. Akibatnya, penonton justru marah dan malah mendukungmu. Nah, biar kamu tidak didukung lagi, malam ini saya katakan, penampilan kamu bagussss banget Steve," ucap Jamie.

Ketika Jamie membuang otoritasnya, Daniel tak lagi bisa membenturkan dan menyangsikan otoritas juri. Dan dampaknya terasa kemudian, Steve terlempar. SMS penonton tak lagi mampu mempertahankan posisinya. Dan lihatlah, ketika Daniel mengatakan Steve tersingkir, Anang-Indra bangkit dari kursi dan keduanya toast, tertawa lepas. Jamie malah tersenyum lebar. Anang dan Indra menyadari, tersingkirnya Steve adalah pengukuhan atas otoritas mereka, pengakuan bahwa malam itu mereka tidak berhasil ditempatkan sebagai ornamen saja.


Kualitas SMS

Melihat "Indonesian Idol" selama ini, dapat dikatakan kehadiran juri tidak memberikan manfaat yang sebanding. Kemenangan Ihsan di "Indonesian Idol 3" misalnya, adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh juri. Karena, secara kualitas, Ihsan justru sangat lemah dibandingkan Dirly, Gea, atau Nobo. Di situ terlihat penilaian juri tak memengaruhi pola pilihan penonton.

Sebaliknya, kemenangan Ihsan adalah kemenangan RCTI dan Freemantle, karena perolehan SMS yang melonjak dibandingkan "Indonesian idol 2". Ihsan mendapatkan SMS terbanyak justru karena dia tidak didukung juri. Dan pola inilah yang tampaknya ingin terus dikembangkan pihak penyelenggara. Dan caranya adalah dengan menggerus otoritas para juri, yang jika perlu, memasuki persoalan pribadi para juri. Daniel tahu betul bagaimana mengolah hal itu.

Ketika Titi Dj mengkritik napas Fandi yang memburu dan menganjurkannya berolahraga, Daniel justru menyanggahnya. Di babak "workshop" itu, Daniel bahkan berdebat dengan Titi soal olahraga itu. Dan ketika argumentasinya tidak cukup kuat, Daniel menyerang dengan, "Iya sih, memang lebih baik olahraga daripada operasi plastik." Daniel tertawa saat mengucapkan hal itu, dan penonton riuh. Sayang, kamera tidak menampilkan wajah Titi, yang dapat dipastikan tentu sangat tersindir dengan sentilan itu. Titi memang telah beberapa kali operasi, pengangkatan lemak di paha dan perut, dan memermak wilayah dada.

Anang juga pernah mendapatkan sentilan yang senada. Ketika mengkritik Fandi, Anang memang terkesan keras dan pedas. Dan Daniel mementahkan kritik itu dengan mengatakan, "Anang kenapa? Kok marah-marah? Gak ada masalah keluarga kan?" Penonton pun riuh. Semua kritik Anang langsung menguap, tertutup oleh komentar Daniel. Saat itu Krisdayanti memang tengah digosipkan selingkuh, dan Anang menyita ponsel istrinya itu. Dengan membawa persoalan pribadi para juri ke atas panggung, Daniel berhasil mementahkan semua penilaian para juri. Daniel membuka peluang hadirnya persoalan psikologis di dalam diri para juri ketika menilai kontestan. Juri adalah sosok yang bermasalah, dan karena itu penilaian mereka bisa jadi jauh dari objektif.

Tak cukup membawa persoalan pribadi, Daniel pun acap mengolok-olok para juri. Dimas Jay di "Indonesian Idol 3" adalah langganan olok-olok Daniel. Tapi, olokan paling kasar justru diterima juri di Jumat malam (11/5). Keempat juri mengkritik penampilan Steve. Jamie bahkan menilai Steve hanya pantas bernyanyi di depan anak SMP. Di panggung, Steve tampak pucat. Dan Daniel mencoba mementahkan kritik itu dengan berkata, "Steve, kamu takut sama anjing kan?" Steve menggangguk. Dan Daniel segera melanjutkan, "Tak heran kalau kamu takut juga sama juri."

Juri di mata Daniel memang bukan siapa-siapa. Dan dia berharap, penonton juga memperlakukan hal yang sama. Karena di "Indonesian Idol" kualitas SMS-lah yang paling utama.


[Artikel ini telah dimuat di Harian Suara Merdeka, Minggu 10 Juni 2007]


Tulisan lain tentang "Indonesian Idol":

Juri-juri tanpa Independensi

Indonesia tak Pernah Memilih